Pernahkah anda mendengar istilah gaya hidup minimalis? Yap! Gaya hidup minimalis belakangan ini memang sedang populer di negara-negara maju seperti Jepang dan Amerika. Gaya hidup minimalis muncul sebagai antitesis dari gaya hidup konsumtif yang sedang marak di era kapitalis ini. Konsumerisme yang berlebihan menyebabkan seseorang tidak dapat mengontrol hasrat untuk memiliki suatu barang. Apalagi jika seseorang membeli barang hanya untuk mengikuti trend agar tidak dicap sebagai orang kudet alias ‘kurang update’.
Sejarah
gaya hidup minimalis ini berasal ajaran klasik Zen Buddha, dengan prinsip utama
kesederhanaan dalam hidup. Pada prinsipnya, gaya hidup minimalis ini berusaha
untuk memaksimalkan barang yang ada, dan mengurangi barang-barang yang tidak
kita butuhkan. Jadi, barang-barang yang ada di sekitar kita hanyalah
benar-benar barang-barang yang kita butuhkan.
Bukan
main adanya, jika kita benar-benar menerapkan gaya hidup minimalis ini, bisa
mengubah pemaknaan atau cara pandang kita terhadap hidup yang kita jalani. Adapun
Fumio Sasaki, seorang karyawan Tokyo yang sebelumnya adalah kolektor buku, CD
dan DVD, yang mulai lelah mengikuti trend. Kemudian dia berpikir tentang
sesuatu yang tidak ia miliki. Kemudian dia menjual semua barang-barang yang
tidak ia perlukan. Hingga ia menemukan dengan memiliki barang-barang yang
sedikit jumlahnya, maka waktu yang dihabiskan untuk berbelanja dan
bersih-bersih rumah jadi lebih sedikit. Sehingga ia memiliki lebih banyak waktu
untuk berkomunikasi dengan teman, pergi keluar, dan jalan-jalan di hari libur.
Seperti
dilansir dari tirto.id, tujuan minimalisme adalah melakukan evaluasi tentang
kepemilikan benda apa yang penting? Apa yang berharga? Serta apa yang perlu
dimiliki untuk meningkatkan kualitas hidup agar menjadi lebih baik.
Minimalis
adalah sebuah cara untuk bisa membantu
kita menemukan kebebasan. Bebas dari rasa takut, rasa khawatir, rasa kecewa dan
depresi akan ketidak mampuan memiliki barang-barang yang tidak kita butuhkan
sebagai cara untuk mengesankan orang lain. Minimalisme percaya bahwa konsumsi
yang baik adalah konsumsi yang berdasarkan kebutuhan primer tanpa harus
berlebihan.
Referensi :
Arman Dhani. 2016. Cukup dan Bahagia. Diakses dari: https://tirto.id/cukup-dan-bahagia-brvY.
Pada : 1 Mei 2017
Anonim. 2016. Gaya Hidup Minimalis Bertambah Pengikutnya
di Jepang. Diakses dari: http://www.voaindonesia.com/a/gaya-hidup-minimalis-meningkat-di-jepang/3388593.html.
Pada : 1 Mei 2017
Nice Article
ReplyDeleteVery good to read
Agen Domino99
SahabatQQ
Daftar